KATA
PENGANTAR
Segala
puji bagi Allah Swt, tuhan seluruh alam.tidak ada alasan bagi kita untuk tidak
bersyukur kepada-Nya atas beragam nikmat
yang telah dianugrahkan kepada kita, diantaranya adalah nikmat iman dan Islam.
Shalawat dan salam tetaplah
tercurahkan kepada Rasulullah Saw, penutup para
Nabi dan Rasul yang telah menjelaskan agama Islam secara kaffah.
Limpahan shalawat serta salam semoga juga tercurahkan kepada keluarga, para
sahabat, serta pengikut beliau hingga datang hari kiamat.
Kita ketahuilah bersama bahwa di
dalam islam diwajibkan atas orang-orang yang berkecukupan untuk dapat
memperhatikan saudara nya yang kurang berkecukupan dengan syariat islam yaitu
mengeluarkan zakat.
Mungkin diantara kita sudah tahu dan
mengerti apa itu zakat dan apa saja yang wajib di zakati, Namun, di sini
penulias akan menjelaskan tentang proses pembagian dan penyaluran harta zakat
yang di biasanya di urus oleh para amil zakat.
Penulis akan menjelsankan dalam
makalah ini bagaimana tata cara pembagian zakat yang sesuai dengan syariat
islam yang hakiki.
Semoga dengan ada nya makalah ini
dapat menambah wawasan para pembaca dan dapat di berkahi oleh ALLAH SWT dan dapat bermanfaat.
PEKANBARU,
10 desember 2016
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
BAB II PEMBAHASAN
A. PENDAPAT
YANG MEWAJIBKAN ZAKAT
MADU
B. P ENDAPAT
YANG TIDAK MEWAJIBKAN
ZAKAT MADU
C. CARA
MENGELUARKAN ZAKAT MADU
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR BACAAN
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Membayar zakat merupakan kewajiban
kita sebagai umat beragama Islam, sehingga beberapa hasil atau rezeki dari
usaha kita, maka kita wajib mengeluarkan untuk mereka yang kurang mampu. Zakat
merupakan rukun Islam yang keempat yang berfungsi sebagai ungkapan rasa syukur
atas nikmat yang diberikan Allah SWT akan harta yang kita miliki. Pemberian
zakat dilakukan berdasarkan nisab. Sehingga banyak masalah yang timbul.
Berdasarkan permasalahan inilah penulis akan
membahas mengenai mengeluarkan zakat dengan menggunakan uang.
B . RUMUSAN MASALAH
1.
Apa benar ada kewajiban zakat atas madu?
2.
Kalau madu wajib dizakatkan, lalu bagaimana cara
menghitung zakatnya?
BAB II
PEMBAHASAN
mengenai
persoalan zakat madu boleh atau tidak nya para ulama berbeda pendapat,dan Para
ulama empat mazhab terpecah menjadi dua pendapat dalam memandang apakah madu
terkena zakat atau tidak. Yang mewajibkannya adalah mazhab Al-Hanafiyah dan Al-Hanabilah,
sedangkan yang mengatakan tidak wajib adalah mazhab Al-Malikiyah dan
Asy-Syafi'iyah.
A. Pendapat Yang Mewajibkan Zakat Madu
Para ulama
di kalangan mazhab Al-Hanafiyah dan Al-Hanabilah umumnya sepakat mewajibkan
zakat atas madu.
1. Mazhab Al-Hanafiyah
Muhammad bin
Hasan Asy-Syaibani (w. 189 H) salah seorang ulama mazhab Al-Hanafiyah
yang juga merupakan murid langsung dari Al-Imam Abu Hanifah rahimahullah
menuliskan tentang kewajiban zakat madu di dalam kitabnya Al-Mabsuth.
Berikut petikannya :
ليس فيما دون
خمسة أوسق من العسل عشر
Madu yang kurang dari lima wasaq
tidak ada kewajiban zakat sepersepuluh.
Maksud dari
kalimat ini jelas, yaitu bila jumlah madu yang dimiliki sudah melebihi lima
wasaq maka zakatnya adalah sepersepuluh.
Al-Marghinani (w. 593 H)
salah satu ulama besar dalam mazhab Al-Hanafiyah menuliskan di dalam kitabnya, Al-Hidayah
fi Syarhi Bidayatil Mubtadi sebagai berikut :
وفي العسل
العشر إذا أخذ من أرض العشر
Dan pada madu ada kewajiban zakat
sepersepulouh bila diambil dari tanah usyur.
2. Mazhab Al-Hanabilah
Ibnu Qudamah (w. 620 H)
salah satu ulama besar di kalangan mazhab Al-Hanabilah menuliskan kewajiban
zakat madu di dalam kitabnya, Al-Mughni, sebagai berikut :
ومذهب أحمد
أن في العسل العشر
Dan mazhab Al-Hanabilah menetapkan bahwa
zakat madu sebesar sepersepuluh.
Al-Buhuti (w. 1051 H)
salah satu ulama besar di kalangan mazhab Al-Hanabilah menyebutkan bahwa
Al-Imam Ahmad mewajibkan zakat madu di dalam kitabnya Ar-Raudh Al-Murbi'.
Berikut petikannya :
قال الإمام:
أذهب إلى أن في العسل زكاة العشر قد أخذ عمر منهم الزكاة
Al-Imam
(Ahmad) berkata,"Aku berpendapat pada madu ada zakat sepersepuluh. Umar
telah memungut zakat dari mereka.
Dalam
kitabnya yang lain, yaitu Kasysyaf Al-Qinna', Al-Buhuti juga
menuliskan sebagai berikut :
و تجب الزكاة
أيضا في الخارج من الأرض من الحبوب والثمار وما في معناها والمعادن وما في حكمه أي: حكم
الخارج من الأرض من العسل الخارج من النحل.
Dan wajib
zakat atas apa yang keluar dari tanah seperti biji-bijian, buah-buahan dan yang
semakna dengannya, juga barang tambang dan apa yang sehukum dengannya, yaitu
yang keluar dari bumi seperti madu yang keluar dari lebah.
3. Dalil-dalil Yang Digunakan
Mereka berhujjah dengan beberapa
dalil, di antaranya hadits-hadits berikut ini :
قَال
الأَْثْرَمُ: سُئِل أَبُو عَبْدِ اللَّهِ: أَنْتَ تَذْهَبُ إِلَى أَنَّ فِي
الْعَسَل زَكَاةً؟ قَال نَعَمْ أَذْهَبُ إِلَى أَنَّ فِي الْعَسَل زَكَاةً؛
الْعُشْرَ، قَدْ أَخَذَ عُمَرُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ مِنْهُمُ الزَّكَاةَ قُلْتُ:
ذَلِكَ عَلَى أَنَّهُمْ تَطَوَّعُوا بِهِ؟ قَال: لاَ، بَل أَخَذَهُ مِنْهُمْ
Al-Atsram
berkata bahwa Abu Abdillah ditanya,"Benarkah Anda bilang bahwa ada zakat
madu?". Beliau menjawab,"Ya, saya katakan bahwa madu itu wajib
dizakatkan sepersepuluh. Karena Umar telah memungut zakat madu dari
mereka". Dijawab,"Mungkin itu sedekah tathawwu' (sunnah)?".
Beliau menjawab,"Tidak, Umar memungut dari mereka (sebagai zakat).
كَتَبَ
رَسُول اللَّهِ إِلَى أَهْل الْيَمَنِ أَنْ يُؤْخَذَ مِنَ الْعَسَل
الْعُشْرُ
Rasulullah
SAW menuliskan kepada penduduk Yaman agar diambil zakat madu sepersepuluh. (HR.
Al-Baihaqi)
أَنَّ
النَّبِيَّ أَخَذَ مِنَ الْعَسَل الْعُشْرَ
Bahwa Nabi
SAW memungut zakat madu sepersepuluh.(HR. Ibnu Majah)
فَكَلَّمْتُ
قَوْمِي فِي الْعَسَل، فَقُلْتُ لَهُمْ: زَكُّوهُ، فَإِنَّهُ لاَ خَيْرَ فِي
ثَمَرَةٍ لاَ تُزَكَّى، فَقَالُوا: كَمْ؟ قَال: فَقُلْتُ: الْعُشْرُ، فَأَخَذْتُ
مِنْهُمُ الْعُشْرَ، فَأَتَيْتُ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ فَأَخْبَرْتُهُ بِمَا
كَانَ فَقَبَضَهُ عُمَرُ فَبَاعَهُ ثُمَّ جَعَل ثَمَنَهُ فِي صَدَقَاتِ
الْمُسْلِمِينَ
Aku
mengatakan pada kaumku kewajiban zakat madu,"Besarnya sepersepuluh, hasil
panen yang tidak dizakatkan itu tidak ada kebaikannya. Mereka
bertanya,"Berapa?". Aku bilang,"Sepersepuluh". Maka Aku
pungut dari mereka sepersepuluh dan Aku serahkan kepada Umar dan beliau menerimanya
dan menjadikan hasilnya dalam zakat umat Islam. (HR.
Asy-Syafi'i)
B. Pendapat Yang Tidak Mewajibkan Zakat Madu
Mazhab Al-Malikiyah dan
Asy-Syafi'iyah sepakat mengatakan bahwa tidak ada kewajiban mengeluarkan zakat
atas madu.
1. Mazhab Al-Malikiyah
Ibnu Abdil
Barr (w. 463)
salah seorang ulama besar di kalangan mazhab Al-Malikiyah menyebutkan dalam
kitabnya, Al-Istidzkar, bahwa Al-Imam Malik menolak adanya kewajiban
zakat madu. Berikut petikannya :
وأما مالك
والثوري والحسن بن حي والشافعي فلا زكاة عندهم في شيء من العسل
Adapun
pendapat Al-Imam Malik, Ats-Tsauri, Al-Hasan bin Hay dan Al-Imam Asy-Syafi'i
bahwa tidak ada zakat atasnya sedikit pun.
Al-Qarafi (w. 684 H)
salah satu ulama mazhab Al-Malikiyah menuliskan dalam kitabnya, Adz-Dzakhirah,
sebagai berikut :
ولا يختلف
المذهب في عدم الزكاة في العسل
Mazhab ini
tidak berbeda tentang tidak adanya kewajiban zakat pada madu.
2. Mazhab Asy-Syafi'iyah
Al-Mawardi (w. 450 H)
salah satu ulama mazhab Asy-Syafi'iyah menuliskan bahwa menurut versi qaul
qadim dalam mazhabnya memang diwajibkan zakat atas madu. Namun dalam qaul jadid
sudah lagi tidak diwajibkan. Berikut petikannya di dalam kitab Al-Hawi
Al-Kabir :
فأما العسل
فقد علق الشافعي في القديم القول فيه فجعل ذلك قولا له في إيجاب عشره
Adapun madu
maka Asy-Syafi'i mewajibkannya pada qaul qadim. Dan itu menjadi qaul atas
wajibnya sepersepuluh zakat madu.
An-Nawawi (w. 676 H)
salah ulama besar di kalangan mazhab Asy-Syafi'iyah memastikan tidak adanya
kewajiban zakat madu di dalam pendapat mazhabnya. Dalam kitabnya, Raudhatu
Ath-Thalibin wa Umdatu Al-Muftiyyin, beliau menyebutkan apa saja yang tidak
termasuk kewajiban zakat, yaitu :
ومنها: العسل
لا زكاة فيه على الجديد وعلق القول فيه على القديم وقطع أبو حامد وغيره بنفي
الزكاة فيه قديما وجديدا
Di antaranya
madu. Tidak ada kewajiban zakat atas madu dalam qaul jadid. Ada yang bilang
dalam qaul qadim diwajibkan. Namun Abu Hamid Al-Ghazali dan ulama lain menampik
bahwa tidak ada kewajiban zakat madu baik dalam qaul qadim ataupun qaul jadid.
C. Cara Mengeluarkan Zakat Madu
Bagi
kalangan yang mewajibkan zakat madu, yaitu mazhab Al-Hanafiyah dan
Al-Hanabilah, sebenarnya zakatnya nyaris sama dengan zakat pertanian. Zakat
madu diwajibkan dengan alasan madu adalah hasil bumi. Begitu panen wajib
dikeluarkan zakatnya.
Namun apakah
jumlah panennya harus mencapai nishab atau tidak, nampaknya kedua mazhab agak
berbeda.
Dalam
pandangan mazhab Al-Hanafiyah, berapa pun hasil panen madu, tetap wajib
dikeluarkan zakatnya, sedikit atau banyak. Sedangkan dalam pandangan mazhab
Al-Hanabilah, minimal jumlah hasil panen sebesar sepuluh afraq, baru kena
zakat. Dasarnya adalah hadits berikut :
إِنْ
أَدَّيْتُمْ صَدَقَتَهَا عَنْ كُل عَشَرَةِ أَفْرَاقٍ فَرْقًا حَمَيْنَاهَا لَكُمْ
Bila kamu tunaikan
zakatnya, tiap sepuluh afraq zakatnya satu farq.
Nilai 10
afraq untuk ukuran zaman sekarang ini? Tentu kita perlu tahu juga hasil
konversinya. Untuk itu mari kita lihat kitab fiqih kontemporer, yaitu Al-Fiqhul
Islami wa Adillatuhu, karya Prof. Dr. Wahbah Az-Zuhaili. Beliau menuliskan di
dalam kitabnya sebagai berikut :
والفرق عندهم
ستة عشر رطلاً، فيكون النصاب مئة وستين رطلاً بالبغدادي أو 34و7/ 2 رطل دمشقي، ومئة وأربعة بالمصري،
والرطل عند الحنفية: 130 درهماً، والدرهم الوسطي (975،2 غم).
Satu farq
dalam pandangan mazhab Hambali setara dengan 16 rithl. Jadi nishabnya 160 rithl
Baghdadi. Atau setara dengan 34 2/7 menurut rithl Damaskus, atau 104 menurut
rithl Mesir.
Satu rithl dalam mazhab Hanafi sama dengan 130 dirham.
Dan satu dirham pertengahan sama dengan 2,975 gram.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Zakat adalah rukun islam yang sangat
penting bagi saudara dan saudari kita yang mempunyai kehidupan yg tidak
berkecukupan,dan zakat ini lah kita bisa membantu mereka, banyak di antara kita
yang hidup pada saat sekarang ini melupakah zakat kita masing-masing baik itu
zakat firah ,zakat mal , perternakan ‘ pertaniang dan semua itu sering
dilalaikan oleh manusia padahal didalam kekayaan manusia ataupun di dalam
kekayaan manusia terdapat hak orang yg wajib kita keluarkan, dan termasuk lah zakat
yg kita bahas dalam makalah ini .
Semoga dengan makalah inin kita bisa menambah
wawasan kita untuk membayar zakat dan
apabila terdapat kesalahan dalam
No comments:
Post a Comment